Pdt. Weinata Sairin: Hidup Jangan Terbelenggu oleh Masalah

0
525

 

 

“To solve any problem, here are three questions to ask yourself : first, what can I do? Second, what can I read? Third, who can I ask?” (Jim Rohn)

 

Hidup manusia ternyata tidaklah mudah. Ia bukan sekadar eksis, hadir dan menjadi bagian dari sebuah komunitas, pada level apapun. Ia juga harus dilengkapi dengan berbagai perangkat ilmu, keterampilan, moral dan etik agar ia bisa hidup menampilkan kemanusiaan yang membanggakan, utamanya sebagai ciptaan Allah yang mulia. Itulah sebabnya hidup itu energik dan dinamik, punya mimpi dan visi, punya obsesi, punya hasrat. Hidup tidaklah duduk manis menunggu dan atau menanti giliran; hidup itu proaktif, menjemput bola, go structure (bukan come structure, kata ahli pembinaan zaman baheula).

 

Hidup haruslah berani menghadapi hal-hal yang pelik dan berat yang berada diluar prediksi kita. Kita harus berjiwa besar, dan menampilkan jiwa dan semangat patriot dalam mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan. Ada kisah menarik tentang ibunda Nehru orang besar India yang terkenal itu. Pada waktu sedang memimpin kampanye politik, Swarupani-ibunda Jawaharlal Nehru yang sudah berusia lanjut  tertembak kepalanya. Ini bukan cerita fiksi atau sebuah rekayasa tetapi fakta yang bisa dijelaskan dengan alat bukti. Ia tersungkur ke tanah dengan kepala bersimbah darah dan jatuh pingsan. Polisi segera membawa Swarupani dengan ambulan ke Anand Bhawan. Jawaharlal amat sedih mendengar berita itu. Sebulan berlalu, Swarupani mengunjungi anaknya yang berada di dalam penjara di Bareilly. Ia membuat lelucon tentang perban yang masih terbalut dikepalanya. “Ini bukan perban, tapi lencana kehormatan!” katanya dengan bangga. Jika Swarupani masih hidup di zaman ia mungkin juga akan bilang pada Jawaharlal Nehru “kok perbanku ini seperti *bakpao* ya anakku!!”

 

Hidup di era milenial juga tidak semakin mudah, bagi banyak orang apalagi bagi orang-orang yang usianya melewati 60 tahun. Aktivitas kehidupan yang banyak difasilitasi dengan sistem digital dan elektronik tidaklah menjadi mudah bagi oma-opah. Seorang kakek suatu saat menunggu hampir satu jam di kantor kelurahan untuk mengurus perbaikan KKnya. Ia “planga-plongo” karena tidak dipanggil-panggil oleh petugas kelurahan. Sesudah bertanya kesana kemari ia baru faham, bahwa ia belum mengambil nomor urut panggilan yang disediakan agak tersembunyi dekat pintu masuk. Setiap orang memang mesti memencet tombol di tempat pengambilan nomor di dekat pintu masuk. Jika dipencet tombol itu maka akan keluar nomor dari mesin yang tersedia disitu, dan itulah nomor panggilan kita.

 

Kisah kakek seperti ini cukup banyak juga variannya tapi kesemuanya berkaitan dengan posisi sang kakek yang agak “gaptek”. Ia tak bisa membuka pintu apartemen, tak bisa mengambil uang di ATM. Belum lama ini para peserta didik juga mengalami kesulitan dalam mengikuti ujian nasional. Ada yang komputernya bermasalah sehingga soal-soal ujian tak bisa dibaca pada komputer itu. Ada juga soal-soal sulit yang belum pernah mereka bahas di sekolah, tiba-tiba muncul pada UNBK saat itu.

 

Kesulitan dalam beragam bentuk yang menghampiri kehidupan kita bahkan azab dan derita yang kita alami dalam setiap episode kehidupan kita harus kita terima, kita rangkul sebagai bagian dari sejarah hidup kita. Masalah dan derita justru akan memperkuat kedirian kita, akan memberi pembelajaran bagi sejarah kehidupan kita.

 

Derita dan atau persoalan yang kita hadapi harus kita cermati dengan jernih dan saksama : apakah itu karena kelalaian kita, apakah merupakn dampak dari persoalan lain dan kita terkena imbasnya, apakah karena ada perubahan sistem/policy dalam organisasi kita; apakah ada orang yang iri hati kepada kita; apakah bos kita tidak suka kepada kita, dan sebagainya, dan sebagainya. Kita teropong dan dengan analisis yang tajam kita coba melihatnya dalam perspektif yang lebih luas, holistik dan komprehensif. Hal pokok yang mesti digaris-bawahi adalah tak ada hidup yang bebas dari masalah, yang nir problem; dan semua problema akan selalu bisa dicari jalan keluarnya.

 

Siapapun, pada level apapun pasti memiliki masalahnya sendiri dengan bobot dan varian masing-masing. Orang yang miskin dan kaya punya masalah masing-masing, orang yang bodoh atau pandai punya masalah, orang yang berfikir pragmatis atau filosofis, orang muda dan orang tua (bangka) punya masalah dan bisa jadi masalah, orang yang dianggap dekat kepada Tuhan atau yang tak bertuhan (jika ada) memiliki masalah. Ya kita semua dalam keberadaan kita masing-masing dililit oleh masalah.

 

Menarik pandangan Jim Rohn jika kita ingin mencari solusi atas masalah yang kita hadapi. Beberapa pertanyaan penuntun ia ungkapkan : *apa yang bisa kuperbuat*; *apa yang mesti kubaca*; *siapa yang pantas kutanya*??? Jawaban kita tentu bisa berbeda, yang penting adalah pertanyaan pertanyaan penuntun itu membawa kita pada solusi. Ya solusi yang tepat, cepat, cermat.

 

Selamat Berjuang. God bless.

 

Weinata Sairin.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here