Peace Train: Santri Masuk Gereja: “Meneropong Indonesia dari Gereja”

0
379

 

 

Malang, Suarakristen.com

 

 

Kegiatan traveling perdamaian dengan menggunakan kereta api yang kini memasuki gelaran ke 6 memilih kota dingin Malang sebagai destinasinya. Puluhan peserta yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia diajak untuk mengunjungi tempat-tempat ibadah agama dan kepercayaan yang ada di Malang. Tujuannya adalah untuk mengenalkan dan membuka dialog dengan umat dari agama yang berbeda-beda.

 

Dikatakan oleh Khoirul Anam, salah satu panitia program, Peace Train  dimaksudkan sebagai wadah yang menyediakan ruang-ruang pertemuan antara orang-orang dengan latar belakang agama dan suku yang berbeda-beda.

 

“Dengan berjumpa langsung, para peserta tak hanya dapat mempelajari, tetapi juga mengalami makna toleransi,” jelanya.

 

Dua destinasi pertama yang dikunjungi peserta Peace Train  6 adalah Gereja Katolik Paroki St. Albertus de Trapani dan GKJW Jemaat Sukun. Di dua gereja ini, para peserta belajar tentang kekristenan langsung dari jemaatnya. Yakni mereka yang mengimani dan mengalami iman kekristenan.

 

Menggali informasi agama melalui perjumpaan langsung dengan penganutnya memiliki nilai otentisias yang tinggi. Sehingga informasi yang didapat akan jauh dari sentiment dan stigma negatif.

 

*Santri Masuk Gereja*

 

Berkunjung ke gereja rupanya juga menjadi pengalaman yang begitu mengesankan bagi peserta. Banyak dari peserta yang mengaku belum pernah berkunjung ke gereja sebelumnya. Karenanya, kesempatan ini mereka gunakan untuk benar-benar menggali informasi seputar gereja dan kekristenan langsung dari penganutnya.

 

Dalam salah satu sharing, dua peserta dari pesantren Madura masing-masing Jufri dan Farida mengaku sempat takut hingga gemetar saat menginjakkan kaki ke gereja. Mereka mengatakan tak pernah tahu betul soal agama Kristen Protestan atau Kristen Katolik. Latar belakangnya yang tumbuh besar di lingkungan pesantren disebutnya menjadi salah satu sebab tak pernah ada informasi soal agama lain yang mereka terima.

 

“Kaki saya gemetaran tadi pas masuk gereja. Saya takut. Khawatir kenapa-kenapa,” aku Jufri.

 

“Tapi ternyata nggak ada apa-apa, sekarang saya sudah tahu dan lebih siap untuk ketemu orang-orang beda agama,” lanjutnya.

 

Pengakuan serupa juga diungkap oleh Farida. Ia mengaku tak pernah terbayang akan bisa masuk ke gereja. “Ternyata nggak apa-apa ya masuk gereja,” jelasnya.

 

Dari dalam gereja, peserta diajak untuk meneropong rupa Indonesia yang menawan lantaran beragam. Gereja, sebagaimana banyak rumah ibadah lainnya, menyajikan cuilan-cuilan Indonesia dalam berbagai rupa karya dan kesenian. Hal ini memberi pesan kuat bahwa di atas segala perbedaan agama yang ada, kita semua adalah Indonesia.

 

Peace Train 6 di Malang difasilitasi oleh berbagai jaringan yang dimiliki tim Peace Train  Indonesia, salah satunya adalah jaringan Gusdurian di Malang. Mayoritas peserta berusia muda, dari 16 tahun sampai 31 tahun.

 

Usai mengunjungi dua gereja, para peserta sebanyak 57 yang berasal dari Banten, Jawa Barat, Jakarta, Magelang, Solo, Manado, Madura, Surabaya dan Malang ini diajak berkunjung ke Pondok Pesantren Al-Hidayah, Malang.

 

 

Dilaporkan oleh Tim Media Peace Train 6

 

*Khoirul Anam

Ahmad Nurcholish

Ela Persi

Frangky Tampubolon

Nh Rifai Massuro Anick Ht*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here