Gelar Seminar “Meningkatkan Daya Saing Produk dalam Negeri di Pasar Global”, JPIP Mendesak Pemerintah agar Lebih Intensif Membantu Industri Nasional agar Mampu Bersaing di Pasar Global.

0
516
Lintong Manurung, M.M., Ketua Umum JPIP saat memberikan kata sambutan.

 

Jakarta, Protestantpost.com

“Faktor daya saing merupakan salah satu kriteria yang menentukan keberhasilan suatu negara di dalam perdagangan global. Kami mendesak agar Pemerintah terus berupaya meningkatkan daya saing produk dalam negeri dan mendukung produk-produk dalam negeri hasil kreativitas anak bangsa untuk bisa bersaing di pasar global.Pemerintah harus terus memberikan dorongan dan stimulus bagi pengembangan industri di tanah air agar produk dalam negeri bisa masuk ke pasar global.

Salah satu bentuk dukungan yang dapat diberikan pemerintah ialah dengan memfasilitasi pengembangan produk dan membantu agar para pengusaha mampu mandiri dengan memiliki rencana bisnis yang mumpuni sehingga bisa menghadapi tantangan-tantangan industri di lapangan. JPIP Mendesak Pemerintah agar Lebih Intensif Membantu Industri Nasional agar Mampu Bersaing di Pasar Global,”demikian disampaikan Ketua Umum Jaringan Pemerhati lndustri dan Perdagangan (JPIP), Ir. Lintong Manurung, M.M., saat memberikan kata Sambutan dalam
Seminar berjudul “Meningkatkan Daya Saing Produk Dalam Negeri di Pasar Global”., yang diadakan di Ruang Garuda Kantor Kementerian Perindustrian Jl. Gatot Subroto Kav 52-53 Jakarta (27/2/19).

Ungkap Lintong Manurung lebih lanjut,JPIP melaksanakan seminar ini sebagai perwujudan komitmen dan perjuangan dari seluruh komunitas pemerhati industri dan perdagangan untuk mewujudnyatakan kepedulian dan partisipasinya, dalam pengembangan industri dan perdagangan di Indonesia.

Seminar ini juga kelanjutan program dan kegiatan DPP JPIP untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai mitra strategis dan profesional dari Pemerintahan di sektor lndustri dan Perdagangan.

Seminar diadakan oleh JPIP bekerja sama dengan Kementerian Perindustrian, dan Karawang New Industry City sebagai mitra kerja, serta bersama-sama dengan GAlKlNDO dan APERLINDO, dalam rangka mewujudkan peningkatkan pelayanan dan iklim berusaha yang sehat, peningkatan daya saing dan produktivitas dunia usaha serta untuk meningkatkan peranan dan kinerja lndustri dalam menopang peningkatan ekonomi Nasional.

 

Hasil Seminar ini diharapkan dapat memberikan informasi dan solusi yang bermanfaat mengenai penyempurnaan kebijakan bagi Pemerintah, terutama dalam usulan kebijakan investasi, inovasi , peningkatan kualitas SDM untuk dunia usaha dan investor yang akan mengambil peran dalam peningkatan daya saing produk industri dalam negeri.

Papar Lintong Manurung, Laporan World Economic Forum (WEF) terkait Global Competitiveness Index 2017 – 2018 di Jakarta, memperlihatkan bahwa daya saing Indonesia secara global tahun ini berada pada posisi ke-36 dari 137 negara atau naik lima peringkat dibandingkan tahun sebelumnya yang menduduki posisi ke-41. Sedangkan, tahun 2013 posisi ke-38 dari 148 negara, tahun 2014 posisi ke-34 dari 144 negara, dan tahun 2015 posisi ke-37 dari 140 negara.

Di dalam pernyataan resminya, WEF menyatakan indeks daya saing disusun secara tahunan untuk mengetahui Ianskap daya saing global, sejalan dengan Revolusi lndustri Keempat alias lndustri 4.0. Di dalam indeks tersebut. AS berada pada peringkat pertama, disusul Singapura, Jerman, Swiss, dan Jepang. “Metodologi Global Competitiveness Report terbaru juga memberikan pandangan tentang kesiapan negara untuk masa depan, modal sosial, hingga dukungan terhadap bisnis disruptif, dan kekhawatiran utang,”

Peningkatan daya saing Indonesia di kancah global pada empat tahun terakhir ini sudah menunjukkan eksistensi bahwa produk-produk industri nasional yang semakin kompetitif baik di pasar domestik maupun ekspor. Capaian ini tidak terlepas peran industri dalam negeri yang sudah memanfaatkan teknologi digital terkini serta aktif melakukan kegiatan riset untuk menciptakan inovasi. Dari laporan World Economic Forum (WEF) terkait Global Competitiveness Index 2017-2018 di Jakarta, Sabtu (30/9). memperlihatkan bahwa daya saing Indonesia secara global tahun ini berada pada posisi ke-36 dari 137 negara atau naik lima peringkat dibandingkan tahun sebelumnya yang menduduki posisi ke-41. Sedangkan, tahun 2013 posisi ke-38 dari 148 negara, tahun 2014 posisi ke-34 dari 144 negara, dan tahun 2015 posisi ke-37 dari 140 negara.

Yang menjadi narasumber seminar adalah Ir. Putu Juli Ardika, MA, Direktur lndustri Maritim, Transportasi dan Pertahanan, yang tampil menjadi pembicara pertama. Dan Heroe Wiedjatmiko, Pet.Acct Ketua Litbang JPIP, Ari Muladi, Asosiasi lndustri Perlampuan Indonesia (APERLINDO), serta Yuniadi H Hartono dari Gabungan lndustri Kenderaan Bermotor Indonesia (GAIKINDO).

Sementara itu, Putu Juli Ardika, dalam pemaparannya menyatakan, “Indonesia akan menjadi ‘global trend green bio fuel’, kita tidak lagi hanya menjadi follower”. Hal ini dikarenakan kita sudah menemukan suatu rumusan dalam hal pengolahan pembuatan bahan bakar.
Putu menambahkan, dalam konteks industri 4.0,Pemerintah sedang mempersiapkan suatu sistem dan mekanisme yang memanfaatkan perkembangan teknologi 4.0.
“Sekarang ini kan kita banyak dipermudah dengan perkembangan teknologi 4.0, seperti pembelian tiket perjalanan, pemenuhan kebutuhan, nanti pun dalam bidang industri akan dibuatkan seperti itu, jadi akan ada kemudahan dan efisiensi”Imbuh Putu.

Sementara itu Heroe Wiedjatmiko yang juga dikenal sebagai pakar dalam bidang pelatihan softskill, dan berpengalaman dalam mengelola human resources, menegaskan bahwa untuk dapat terjadinya peningkatan kapasitas dan kualitas daya saing produk dan industri, faktor sumberdaya manusia memegang peranan penting.

Kedisiplinan dan pembentukan watak karakter adalah faktor penting dalam mewujudkan SDM berkualitas, disamping juga adanya pengaruh nilai dan kultur yang ada.”

Narasumber Ari Muladi, sebagai pelaku industri lampu, mengemukakan bahwa tren industri lampu saat ini adalah lampu hemat energi, khususnya dikarenakan penemuan model lampu LED.

Kebijakan industri perlampuan nasional mendukung juga kebijakan pemerintah tentang pengadaan listrik 35.000 watt.
Aperlindo, menurut Ari lebih lanjut, dalam rangka mendukung dan standarisasi industri lampu LED, meminta pemerintah untuk menerapkan SNI IEC 62560:2015 untuk industri lampu LED. Selain itu juga, Aperlindo mengharapkan bea masuk LED 15%-25% dengan menetapkan HS tersendiri, atau tidak digabung LHE/CFL yang telah berlaku CAFTA, dan HS 94 tidak relevan.

Sementara itu, Yuniadi H Hartono dari GAIKINDO menyatakan bahwa, otomotif merupakan 1 dari 5 industri prioritas nasional. Indonesia sejak 2008 sudah menjadi net exporter dalam konteks industri otomotif. Produksi penjualan masih bertumbuh, 2018 penjualan 1 juta unit, dengan pertumbuhan ekonomi saat itu 5.17%.
Indonesia sudah mampu mengekspor produk otomotif ke 80 negara, dengan negara tujuan utama ekspor : Filipina, Arab Saudi, Jepang, Mexico, dan Vietnam.
Indonesia menjadi basis ekspor kendaraan efisien bahan bakar dan rendah emisi.
Gaikindo berharap pemerintah diantaranya melakukan, harmonisasi PPn.BM, dan penyederhanaan kategorisasi kendaraaan sesuai tren/standar internasional, untuk mendorong peningkatan produksi industri otomotif

Seminar ini dipandu oleh Ketua Umum JPIP Ir. Lintong Manurung, M.M., diikuti oleh sekitar seratus orang pengusaha, dosen, praktisi bisnis, manajemen/pimpinan usaha industri berbagai bidang.

(Hotben)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here