BUMN Harus Siap Tangani Krisis

0
510

 

Jakarta, Protestantpost.com

Krisis merupakan hal yang sering dialami oleh banyak perusahaan besar maupun perusahaan kecil. Krisis dapat menjadi ancaman bagi setiap perusahaan dalam mempertahankan reputasinya. Seperti belakangan ini, krisis yang menimpa Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yaitu pesan viral tentang menu ‘tulis tangan’ yang melanda maskapai penerbangan Garuda Indonesia, pemberitaan listrik padam yang masih melanda PLN, dan krisis kegagalan transaksi online yang berimbas kepada Bank Mandiri.

Menanggapi kasus tersebut, Program Studi Ilmu Komunikasi Unika Atma Jaya (UAJ) menggelar Diskusi Ilmiah bertajuk “Bedah Kasus Krisis BUMN: Multi-Perspektif” di Kampus 3 BSD, Jumat (23/8). Hadir sebagai pembicara dalam acara ini adalah Pakar Ekonomi UAJ, Dr. Agustinus Prasetyantoko; Perwakilan Pricewaterhouse Coopers, Daniel Rembert; Perwakilan BULOG, Benny Siga Butarbutar; Ketua Umum Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Abdul Manan; serta dimoderatori oleh Kepala Program Studi Ilmu Komunikasi UAJ, Dr. Dorien Kartikawangi.

Dr. A Prasetyantoko mengatakan saat ini BUMN terus mengembangkan korporasinya seperti mengakuisisi beberapa pembangunan sehingga muncul fenomena atau fakta yang menyebutkan bahwa BUMN menjadi konglomerat atau konglomerasi BUMN. Ini merupakan suatu yang positif karena pendapatan meningkat tetapi menimbulkan dampak negatif lain yaitu kecemburuan dari aktor ekonomi lain dan hutang negara.

“Keadaan demikian tidak bisa dipungkiri bahwa dengan adanya konglomerasi BUMN maka akan ada kecemburuan dari industri lain. Di sisi lain dengan gencarnya pembangunan, modal BUMN sendiri itu tidak cukup maka mereka harus berhutang dan itu merupakan suatu kerawanan sendiri bagi BUMN,” ungkap Pakar Ekonomi sekaligus Rektor UAJ, Dr. A Prasetyantoko.

Dr. A. Prasetyantoko juga menilai posisi BUMN tidak terlalu mudah karena harus mengatur ekspektasi dari publik dan ekspektasi dari industri lain. Sehingga diperlukan tata kelola manajemen BUMN yang baik. Dengan fakta lain, maka selain memperbaiki manajemen, BUMN juga harus memperbaiki komunikasi ketika menghadapi krisis.

“BUMN perlu memperbaiki tata kelola manajemennya, baik dari segi manajemen internal ataupun komunikasi publiknya agar dapat lebih baik menghadapi krisis. Manajemen krisis yang baik akan meningkatkan valuasi perusahaan serta kepercayaan pemerintah dan publik. Karena pemerintahan yang baik, kualitas yang baik kalau tidak ada komunikasi publik yang baik tidak akan punya dampak,” tegas Prasetyantoko.

Di sisi lain, Daniel Rembert mengamati kasus BUMN dari perspektif strategi manajemen, beliau mengatakan bahwa BUMN ini tidak terlalu siap dalam menghadapi suatu krisis dan cenderung tidak mempunyai strategi khusus dalam menghadapi krisis. Selain itu, fungsi Public Relations (PR) juga tidak dimaksimalkan sebagai calm center yang menenangkan baik publik internal maupun eksternal.

“BUMN tidak ada latihan sebelumnya dalam menghadapi krisis. Seharusnya mereka bersikap seperti apa dan bagaimana proses recovery-nya. Bahkan dalam proses perbaikan krisis itu tidak hanya memperbaiki manajemen perusahaan tetapi juga reputasi perusahaan tersebut karena reputasi itu penting,” tutur Daniel.

Senada dengan Daniel, Benny Butarbutar menjelaskan bahwa BUMN tidak siap dalam menghadapi krisis dan cenderung menghindari konflik sehingga menimbulkan persepsi yang kurang baik bagi publik ataupun media. Oleh karena itu, pentingnya peranan seorang PR dalam BUMN untuk mengkonfirmasi isu-isu yang sedang beredar, dan kuncinya itu perlu keberanian juga.

“Krisis atau konflik itu harusnya dihadapi, tidak ditinggal lari. BUMN tidak terlalu menyadari peran komunikasi sehingga terkadang tidak meletakkan PR pada struktur yang tepat. Di sini bisa dilihat pentingnya kapasitas pembangunan (capacity building) untuk seorang PR di BUMN ini khususnya di dalam membentuk persepsi publik. Di sisi lain, PR itu harus berani menghadapi media untuk mengkonfrontasi isu apa yang sedang beredar dengan fakta-fakta yang terjadi di perusahaan tersebut,” jelas Benny.

Sementara sebagai perwakilan dari media, Manan memaparkan pada dasarnya media itu melayani kepentingan publik dan publik itu berhak tahu tentang apa yang sedang terjadi. Pemberitaannya pun sesuai standar media mainstream, dengan mengedepankan value berita yang sesuai dengan fakta.

“Jurnalisme itu tetap pada prinsipnya bad news is a good news. Pada hal ini ketika kita memberitakan suatu kasus tentang BUMN bukan berarti kita ingin menjatuhkan BUMN itu sendiri. Tetapi kita memberitahukan sesuai dengan kebenaran dan verifikasi yang didapat,” kata Manan.

Sambil berguyon, Manan menyampaikan bahwa jurnalis berbeda dengan humas. Seharusnya jurnalis harus bisa lebih kritis. “Apa bedanya jurnalis dengan humas ketika media hanya membuat suatu berita yang baik pada publik tentang perusahaan itu, karena itu bukan tugas kita. Pada dasarnya tugas kita adalah mencari kebenaran akan suatu peristiwa.”

Melalui kegiatan ini, diharapkan mahasiswa didorong untuk dapat berpikir dan mengajukan analisis yang kritis, strategis, dan tetap memiliki integritas khususnya pada era digital seperti ini. Selain itu, mahasiswa juga dapat memiliki kepekaan terhadap isu yang beredar di media massa. Peranan PR pun tak kalah penting ketika menghadapi krisis, diharapkan juga mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi terus mencetak praktisi PR yang unggul dan profesional.

***

Tentang Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Unika Atma Jaya yang berdiri tanggal 1 Juni 1960 kini memiliki 21 program studi sarjana (S1) dan 11 program Pasca Sarjana serta 4 Prodi Profesi.

Fakultas: Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Fakultas Ilmu Administrasi Bisnis dan Ilmu Komunikasi (berdiri 1960), Fakultas Pendidikan dan Budaya (FPB) dan Fakultas Teknik (FT) tahun 1961, Fakultas Hukum (FH) tahun 1965, Fakultas Kedokteran (FK) tahun 1967, Fakultas Psikologi (FP) tahun 1992, serta Fakultas Teknobiologi (FTb) tahun 2002 sebagai fakultas teknobiologi pertama di Indonesia.

Program Pasca Sarjana:

Graduate School of Business and Economics: Magister Manajemen (MM), Magister Administrasi Bisnis (MABI), Magister Akuntansi (MAKSI) dan Magister Ekonomi Terapan (MET) dengan konsentrasi Ekonomi dan Perbankan (Risiko Keuangan).

Magister Bioteknologi, Magister Sains Psikologi, Magister Ilmu Hukum, Magister Teknik, Magister Teknik Elektro dan Magister Linguistik Terapan Bahasa Inggris (LTBI),

Program Doktor: Linguistik Terapan Bahasa Inggris (LTBI) dan Psikologi

Program Profesi: Profesi Akuntansi, Profesi Psikologi, Profesi Dokter, dan Profesi Insinyur

Unika Atma Jaya saat ini sudah memiliki 3 lokasi kampus:

Kampus Semanggi sebagai Center for Nation Development (3,6 hektar)

Mengembangkan beragam kajian yang sangat relevan dengan sinergi Bisnis-Pemerintah-Masyarakat.

Kampus Pluit sebagai Center for Health Development (4,2 hektar)

Menyelenggarakan pendidikan Kedokteran dan Farmasi yang unggul, berkualitas, dan bereputasi internasional melalui metode experiential learning hospital bersama Rumah Sakit Atma Jaya.

Kampus BSD sebagai Center for Human Development di BSD (20 hektar)

Berfokus pada pengembangan dan pembentukan karakter mahasiswa sebagai penerus bangsa.

Berbagai penghargaan diraih oleh Unika Atma Jaya. Tahun 2016 meraih Akreditasi A dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT), menjadi salah satu dari Indonesian best 50 promising universities dengan prestasi pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat yang diakui secara nasional maupun internasional. Kampus peraih Standar Nasional Indonesia (SNI Award), Juara Umum PTS Bersih Narkoba 2014, predikat dari BNN dan Kemenpora. PTS Unggulan 2012 dan 2013 bidang Penjaminan Mutu, Budaya Akademik, Pembinaan Dosen Tetap, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, serta Pembinaan Mahasiswa.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here