152 Miliar Dollar AS, Potensi Impor Produk Kehutanan di Uni Eropa

0
423

Foto Utama: Prof. Indroyono Soesilo

 

 

152 Miliar Dollar AS, Potensi Impor Produk Kehutanan di Uni Eropa

 

Jakarta, Protestantpost.com

 

Menggali  potensi pasar Eropa dalam situasi pandemi saat ini menjadi suatu kebutuhan.  Penting bagi pelaku usaha di Indonesia untuk dapat mengetahui ceruk pasar global supaya penetrasi strategi ekspor bisa lebih efektif dan fokus.  Kerjasama dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) untuk utilisasi market research menjadi penting dan mendesak.  Demikian diungkap Indroyono Soesilo, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia (APHI), yang juga Ketua Forum Komunikasi Masyarakat Perhutanan Indonesia (FKMPI) di Jakarta usai berdialog dengan Duta Besar RI di Brussels Belgia merangkap Luksemburg dan Uni Eropa Yuri Thamrin secara virtual pada Kamis malam (25/05/2020).

Uni Eropa merupakan negara tujuan ekspor terbesar ke-4 untuk produk hasil hutan, setelah China, Jepang dan Amerika Serikat.  Tahun 2019, ekspor hasil hutan Indonesia ke Uni Eropa telah menghasilkan devisa sekitar 1 miliar dollar AS. “Namun demikian, pandemi Covid-19 telah memukul pasar ekspor produk hasil hutan ke Eropa dengan cukup signifikan” ujar Indroyono. Ditambahkannya, dalam beberapa tahun terakhir pangsa pasar terbesar produk hasil hutan di Eropa adalah UK, selanjutnya Belanda, Jerman, Belgia dan Italia.

Lebih lanjut, Indroyono menjelaskan, selama pandemi telah berdampak pada turunnya ekspor produk kehutanan Indonesia ke Eropa.  “Telah terjadi penurunan 17% untuk periode Januari sampai Mei 2020 yang nilainya mencapai 426 juta dollar AS jika dibandingkan dengan nilai ekspor periode yang sama tahun lalu yang nilainya mencapai 516 juta dollar AS,” imbuhnya.

Sementara itu, Duta Besar RI di Brussels Belgia merangkap Luksemburg dan Uni Eropa Yuri Thamrin memaparkan potensi impor produk kehutanan dari hulu – hilir ke 27 Negara anggota Uni Eropa mencapai 152 miliar dollar AS setiap tahunnya, namun ekspor produk kehutanan Indonesia ke Uni Eropa plus UK baru mencapai sekitar 1 miliar dollar AS. “Masih terbuka peluang pasar Eropa bagi produk kayu olahan dari Indonesia yang selama ini masih dikuasai China,” ujar Yuri.

Ia juga menambahkan, produk hasil hutan Indonesia dikenal di Eropa sebagai produk yang  berkualitas tinggi dengan daya saing karena dilengkapi sertifikat SVLK/FLEGT yang mempermudah proses rekognisi legalitas dan keberlanjutan oleh konsumen.  Produk Indonesia saat ini tampil dengan urutan ekspor terbesar ke Uni Eropa mulai dari furniture, pulp/kertas, panel, woodworking dan barang kerajinan.  “Promosi SVLK/FLEGT juga menjadi faktor penting yang menentukan perluasan pasar korporasi di Eropa.  Hal ini sejalan dengan kesepakatan dalam kerjasama Indonesia – Uni Eropa, dimana EU akan terus mendorong dan mempromosikan SVLK/FLEGT untuk memperluas keberterimaan sertifikasi ini di pasar Eropa,” imbuhnya.

Hal penting lainnya, menurut Yuri,  penyiapan sarana pergudangan (warehouse) untuk produk kayu Indonesia sebelum memasuki pasar Eropa. “Kedutaan akan membantu mencarikan warehouse dengan harga terjangkau di Pelabuhan Antwerp, Belgia untuk penyimpanan produk  sementara.  Selain itu, untuk meningkatkan kerjasama perdagangan Indonesia – Uni Eropa akan dilakukan pertemuan antara APHI, FKMPI dengan Asosiasi perusahaan importir di Eropa,” ujarnya.

Inventarisasi rinci tentang potensi produk kehutanan yang bisa menembus pasar Eropa, didukung dengan market intelligence dan penguatan pemetaan bisnis dari pelaku usaha di Eropa akan membantu Indonesia mengambil bagian dari potensi impor produk kehutanan di Eropa senilai 152 miliar dollar AS.

Guna penguatan strategi ekspor produk hasil kehutanan Indonesia ke pasar global, APHI/FKMPI telah menggelar pertemuan dengan Duta Besar RI di Seoul, Tokyo, Beijing dan Brussel.  Dalam waktu dekat, akan digelar juga pertemuan serupa dengan Duta Besar RI di Berlin, Den Haag, London dan Roma. (*)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here