Membangun PLTN Berbasis Nuklir Hijau dan Visi Masa Depan yang Ramah Lingkungan

0
102

Membangun PLTN Berbasis Nuklir Hijau dan Visi Masa Depan yang Ramah Lingkungan

 

Oleh: Jeannie Latumahina

 

Kalimantan telah lama diketahui sebagai wilayah kaya akan sumber daya alam, mulai dari minyak hingga gas alam. Namun, saat ini, masyarakat global semakin sadar tentang pentingnya menjaga planet kita melalui energi bersih. Salah satu upaya solusi yang sedang digandrungi adalah pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) menggunakan thorium. Banyak orang bertanya-tanya apakah proyek ini bisa berhasil di Kalimantan, terlebih lagi setelah rencana pemindahan ibu kota negara ke lokasi ini.

Thorium sendiri merupakan unsur radioaktif yang lebih banyak jumlahnya daripada uranium di kerak bumi. Karena sifat kimia dan fisika uniknya membuatnya menjadi calon ideal untuk digunakan sebagai bahan bakar nuklir. Di Kalimantan misalnya, ada sekitar 7.028 ton thorium yang siap dieksplorasi. Jadi, bukan hanya soal jumlah saja; tetapi juga tentang bagaimana cara mengoptimalkannya agar memberikan hasil maksimal.

Kalimantan memiliki potensi besar dalam sektor kelistrikan, dengan daya terpasang mampu pasok mencapai 1.858,69 MW dan beban puncak 1.617 MW pada tahun 2023. Dan melalui sstem interkoneksi Kalimantan yang menghubungkan provinsi Kalsel, Kalteng, dan Kaltim, dengan surplus daya sekitar 349,22 MW. Selain itu, proyek PLTMG Bangkanai akan menambah kapasitas hingga 280 MW, meningkatkan keandalan pasokan listrik. Pengoperasian PLTMG Bangkanai tahap 2 dengan kapasitas total 140 megawatt (MW) telah dilakukan PT PLN (Persero) pada Agustus 2022, sehingga pasokan listrik di Sistem Interkoneksi Kalimantan yang memasok listrik di Provinsi Kalsel, Kalteng, dan Kaltim akan meningkat hingga lebih dari 2.300 MW.

Kemudian proyek pengembangan amonia hijau berbasis thorium sudah mulai dilakukan oleh beberapa perusahaan strategis seperti Pertamina NRE dan Pupuk Kaltim. Tehtubsaja ini menunjukkan bahwa kalangan industri punya keyakinan tinggi atas potensi thorium. Amonia hijau sendiri merupakan produk yang dapat digunakan sebagai bahan dasar produksi urea tanpa emisi CO₂ selama prosesnya. Artinya, tidak hanya menyediakan energi bersih tetapi juga kontribusinya bagi mitigasi perubahan iklim.

Namun, tidak boleh dilewatkan bahwa penggunaan thorium masih memiliki beberapa tantangan utama kedepan Pertama, kebutuhan biayanya cukup mahal sebanyak USD299 juta untuk penelitian dan pengembangan awal. Kedua, integrasi teknologi pengolahan uranium juga diperlukan untuk membuat thorium menjadi efektif. Hal ini tentu membutuhkan investasi besar-besaran baik dari segi finansial maupun sumber daya manusia.

Perlu juga diketahui sbelumnya, anak usaha PT PLN (Persero), PT Indonesia Power, telah siap dengan rencana awal untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) pertama di Indonesia, dengan lokasi calon proyek berpotensi yaitu di Kalimantan Barat yang kaya akan uranium. Direktur Utama Indonesia Power M. Ahsin Sidqi mengatakan bahwa mereka berharap jika PLTN pertama di Indonesia dapat berlokasi di Kalbar karena daerah tersebut memiliki potensi besar dalam penghasil radioaktif, termasuk thorium dan uranium.

Demikian juga rencana pembangunan PLTN di Kalimantan juga telah dipertimbangkan dalam Rencana Induk Energi Daerah (RUED) Provinsi Kalimantan Barat tahun 2020–2050. Pemerintah provinsi ini telah merencanakan program 35.000 MW dengan menjembatani pihak Pemerintah Pusat dengan masyarakat terkait keperluan pembebasan lahan dan memberikan izin usaha. Program ini termasuk rencana Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebagai salah satu sumber energi yang diharapkan dapat menopang ketersediaan energi di Kalimantan Barat yang saat ini masih defisit dan permintaannya terus bertambah hingga 3.783 MW pada 2027.

Di sisi lain yaitu Kepulauan Bangka Belitung, juga telah terdapat rencana pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT). Gubernur Kepulauan Babel, Erzaldi Rosman, menyatakan bahwa pemerintah Babel telah menjalin kerjasama dengan ThorCon International Pte. Ltd untuk memulai perencanaan pembangunan PLTT bertenaga 500 MW tanpa bantuan APBN. Proyek ini bertujuan untuk menyediakan listrik dengan tarif yang kompetitif dibandingkan dengan pembangkit listrik berbasis batu bara.

Keunggulan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) berbasis thorium terletak pada minimnya limbah radioaktif yang dihasilkan dan efisiensi tinggi dalam mengubah bahan bakarnya menjadi energi listrik. Menurut World Nuclear Association, PLTN menghasilkan emisi karbon dioksida yang sama dengan wind farm (kincir angin pertanian) dan hanya seperempat dari emisi yang dihasilkan oleh panel surya. Selain itu, memanfaatkan penggunaan AI (kecerdasan tiruan) dalam manajemen PLTN tentu akan dapat meningkatkan efisiensi operasional, otomatisasi tugas rutin, dan yang terpenting prediktif perawatan mesin, sehingga mengurangi konsumsi bahan bakar dan meningkatkan produktivitas reaktor.

Kemudian memiliki korelasi dengan konsep smart city di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara juga relevan dengan visi masa depan yang ramah lingkungan. Ibukota IKN direncanakan sebagai contoh implementasi smart city modern di Indonesia, dengan integritas infrastruktur digital yang kompleks dan terintegrasi. Teknologi inilah yang akan menjadi kunci keberhasilan penyelenggaraan konsep intelligent city, mentransformasikan komunitas yang lebih kreatif dan aktif dalam berbagai proyek pengembangan smart community.

Penerapan konsep smart city secara umum akan dapat merangsang pertumbuhan ekonomi digital di IKN dengan menciptakan ekosistem digital yang mendorong kolaborasi antara perusahaan teknologi, start-up, dan lembaga riset. Mari kita lihat bagaimana integrasi teknologi pintar dapat mendukung visi ‘Smart, Green, Beautiful, and Sustainable’ dalam pembangunan IKN.

Bagaimana adopsi kota pintar dapat mendukung visi IKN? Pembangunan IKN memiliki delapan prinsip visi yang dapat dilihat pada laman resmi IKN. Beberapa indikator turunan dari prinsip tersebut membutuhkan dukungan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang terintegrasi untuk dapat terpenuhi.

Misalnya, prinsip IKN terkait emisi karbon mengharuskan adanya peningkatan efisiensi energi pada bangunan umum dan menargetkan net zero emission pada 2045. Implementasi ini membutuhkan smart grid atau jaringan listrik pintar yang dapat mengelola distribusi dan penggunaan energi secara efisien, serta menghubungkan berbagai sumber energi terbarukan ke dalam jaringan listrik.

Contohnya, penggunaan kendaraan listrik dan jaringan transportasi ramah lingkungan juga berkontribusi dalam mendukung prinsip ini. Pemantauan dan pengelolaan lingkungan menggunakan sensor real-time untuk mengidentifikasi titik-titik yang mengeluarkan emisi karbon berlebih juga penting. Selain itu, penerapan kota pintar secara umum dapat merangsang pertumbuhan ekonomi digital di IKN dengan menciptakan ekosistem digital yang mendorong kolaborasi antara perusahaan teknologi, start-up, dan lembaga riset.

Ke depannya, Indonesia dan Amerika Serikat tengah menjalin upaya kerjasama dalam pengembangan Small Modular Reactor (SMR) untuk rencana mendirikan PLTN di Kalimantan. Proyek ini direncanakan rampung pada akhir tahun 2024 dan melibatkan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Implementasi proyek ini harus sejalan dengan regulasi di Indonesia terkait tenaga nuklir sehingga peraturan yang mendukung harus diselesaikan bersamaan dengan implementasinya.

Penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) berbasis thorium menawarkan keunggulan seperti limbah yang lebih sedikit dan efisiensi tinggi dibandingkan sumber energi konvensional seperti batu bara dan gas. Namun, tantangan termasuk biaya tinggi dan waktu pembangunan yang panjang. Di sisi lain, energi terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) juga berkembang pesat tetapi sering kali menghadapi masalah ketidakstabilan pasokan akibat ketergantungan pada cuaca menjadi kendalanya.

Jadi, pembangunan PLTN berbasis thorium di Kalimantan benar-benar sebuah langkah maju yang dimungkinkan untuk menuju masa depan energi yang lebih cerah dan berkelanjutan. Dengan kombinasi potensinya yang besar, teknologi canggih, dan dukungan reguler yang ketat, maka masa depan energi di Kalimantan pasti cerah dan berenergi. Mari kita tindak lanjuti usaha-usaha ini demi masa depan yang lebih baik bagi generasi kita dan dunia luas.

Sabtu, 12 Oktober 2024

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here