Dirjen Bimas Kristen Protestan Prof. Dr. Thomas Pentury, M.Si.di Konferensi BMPTKKI: Pendidikan Tinggi (Keagamaan) Kristen Jauh Tertinggal, Harus Diakselarasi “Moving to the Next Level”

0
1149

 

Jakarta, Protestantpost.com

Badan Musyawarah Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia (BMPTKKI) mengadakan Konferensi bertema “Moving to the Next Level”: Akselerasi Peningkatan Mutu Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen”, di Mall Arta Gading, Jakarta (28-30/8/19).

Acara konferensi diikuti oleh sekitar 500 peserta dari hampir seluruh STT dari seluruh tanah air. Konferensi ini dibuka secara langsung oleh Dirjen Bimas Kristen Protestan Prof.Dr. Thomas Pentury.

Dalam kata sambutannya, Prof. Thomas Pentury menyatakan,’Moving to the next level, sebagai tema Konferensi, memberikan semangat dan harapan baru bagi kita semua khususnya Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen, untuk terus bergerak mempercepat langkah menuju pada level yang kita inginkan bersama.

Sebab, Pertanyaan saya, kenapa kita harus bergerak dengan dinamika yang tinggi (akselerasi) menuju pada level yang kita inginkan bersama, apakah tidak lebih baik kita ber-evolusi secara perlahan dan mandiri untuk menuju pada level itu. Ternyata jawabannya bukan itu, kita terlalu lama tidur dengan mimpi indah kita dan ketika kita terjaga, tenyata hanya mimpi, kita baru sadar bahwa ada yang sudah bangun pagi-pagi dan bergerak secara cepat dan ternyata kita tertinggal oleh mereka.”

Menurut Prof. Thomas Pentury, “Saat ini, secara rata-rata, Pendidikan  tinggi Kristen (baik keagamaan maupun umum), sudah jauh tertinggal dibandingkan dengan pendidikan tinggi  saudara-saudara kita.

Karena itu tegas Dirjen,”Kita membutuhkan energi lebih untuk berlari mendekati mereka, makanya akselerasi dibutuhkan untuk mempercepat langkah dan memperpendek jarak.

Menurut Thomas Pentury, ‘Badan Musyawarah Pendidikan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia (BMPTKKI) adalah wadah yang sudah terwujud sebagai kendaraan untuk membawa kita semuanya untuk memperpendek jarak karena delta antara kita dan mereka di luar sana sudah terlalu besar, kita perlu kendaraan dengan tingkat kecepatan yang melebihi kendaraan umumnya, agar upaya memperkecil delta (jarak) makin bisa terwujud.”

Tegas, Thomas Pentury lagi,”Sebagai Dirjen Bimbingan Masyarakat Kristen, saya, dan kita semua terpanggil untuk mewujudkan Masyarakat Kristen yang religius dengan spiritualitas tinggi dan berkualitas, lembaga pendidikan kristen adalah salah satu pilar penting penyokong bangunan masyarakat kristen yang religius dengan spiritualitas tinggi dan berkualitas di Indonesia. Saya berharap BMPTKKI dapat menjadi bagian penting dari sistem pendidikan keagamaan kristen khusus pendidikan tinggi yang mampu untuk menyokong kekokohan pilar itu.’

Pesan Thomas Pentury,”Kegiatan yang bersifat akademik dari BMPTKKI harus menjadi kegiatan yang reguler dan kontinu untuk mempersiapkan lembaga-lembaga pendidikan tinggi menjadi lembaga yang kuat dalam kualitas termasuk di dalamnya sumber daya manusia dosen. BMPTKKI juga harus mampu menjadi partner pemerintah dalam hal ini Ditjen Bimas Kristen Kemenag untuk juga menyuarakan kepentingan Kekristenan di Indonesia melalui gereja-gerejanya. BMPTKKI harus mempu juga untuk membangun relasi baik ke dalam maupun keluar dalam upaya untuk memberikan kontribusi bagi kehidupan keagamaan yang moderat dengan berkontribusi pada lahirnya regulasi-regulasi yang akan mengatur kehidupan keagamaan di Indonesia.

Konferensi dengan tema Moving to the next level kali ini mungkin merupakan )rus berkonsolidasi untuk mempercepat perannya dalam akselerasi yang kita maksudkan.

Sementara itu Ketua Umum BMPTKKI, Dr. Erastus Sabdono, dalam kata sambutannya, menyatakan,”Kehadiran Perguruan Tinggi Kristen di Indonesia adalah sebuah tanda kesetiaan gereja-gereja dan umat Kristen di Indonesia kepada Tuhan Yesus Kristus serta jawaban terhadap anugerah keselamatan dan kasih setia-Nya, serta merupakan salah satu wujud ucapan syukur kepada-Nya melalui pelayanan pendidikan tinggi.

Tegas Erastus Sabdono,”BMPTKKI yang didirikan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 1945 serta mengacu pada Tridharma Perguruan Tinggi, merupakan mitra Ditjen Bimas Kristen yang hadir sebagai wujud tanggung jawab Perguruan-Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen bagi Bangsa Indonesia. Serta menjadi bagian untuk merealisasikan usaha membangun bangsa dan negara yang cerdas, berbudi luhur, serta bermartabat.

Ungkap Erastus lagi,”Bersatunya Perguruan-Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen di Indonesia merupakan sebuah hal penting dalam rangka mewujudkan amanat Kristus, agar orang Kristen menjadi saksi ke mana pun mereka melangkah. Adanya perbedaan pandangan, baik secara individu, manajemen maupun organisasi seharusnya tidak menciptakan sebuah perpecahan, namun justru membuat Perguruan-Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen yang ada di Indonesia saling melengkapi. Perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Justru melalui perbedaanlah, manusia saling mengasah dirinya dan menjadi sempurna, bila diresponi dengan benar.”

Tegas Pdt. Erastus,”Perguruan-Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen di Indonesia harus peka dengan kondisi bangsa yang terjadi sekarang ini. Maraknya radikalisme yang hadir di Perguruan-Perguruan Tinggi Negeri di beberapa kota besar di Indonesia seharusnya menjadi alarm terhadap eksklusivitas keagamaan yang berpotensi muncul di mana saja, termasuk dalam lembaga pendidikan Keagamaan Kristen. Mungkin eksklusivitas keagamaan di dalam agama Kristen tidak merusak sampai ke ranah mengganggu stabilitas negeri ini, namun berpotensi besar merusak tubuh dalam Kekristenan itu sendiri. Munculnya eksklusivitas keagamaan disebabkan karena minimnya ruang diskusi dan penerimaan terhadap perbedaan, serta kurangnya penerapan Pancasila dalam ruang lingkup akademisi. Pemahaman dan penerapan Pancasila tentunya akan membuka mata para civitas akademika untuk menerima segala kemajemukan yang ada di bangsa ini.”

Kata Erastus lebih jauh,”Tridarma Perguruan Tinggi yang menjadi Keagamaan Kristen di Indonpilar bagi setiap Perguruan Tinggi harus menjadi nyawa dari setiap Perguruan Tinggesia. Pendidikan Teologi merupakan dasar pengetahuan setiap mahasiswa untuk memiliki karakter Kristus yang sejati. Pendidikan teologi harus menjadi penyeimbang antara sains dan spiritual. Penelitian yang dilakukan harus didasari oleh nilai kejujuran dan integritas yang tinggi bagi bangsa ini; bukan menjadi alat pemenuhan kebutuhan pribadi maupun segelintir golongan. Penelitian yang ada harus bisa menjawab kebutuhan masyarakat maupun gereja. Pengabdian kepada masyarakat tentunya bukan saja di ruang lingkup gereja, namun harus bisa juga menjangkau lingkungan-lingkungan di luar gereja, sampai mereka bisa merasakan kasih Kristus tanpa harus “mengkristenkan” mereka.

Perguruan-Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen yang ada pada zaman ini harus bisa membangkitkan kembali pemikir-pemikir Kristen yang mampu memberi dampak yang signifikan bagi bangsa ini. Dampak tersebut hanya akan terlihat bila Perguruan-Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen menunjukkan wajah Kristus, bukan hanya wajah organisasi semata. Integritas dan loyalitas kepada Kristus yang sungguh-sungguh akan menolong pendidikan Keagamaan Kristen bangkit menjadi terang bagi bangsa ini dan menyampaikan Shalom yang kuat. Mari kita bersama-sama membangun negeri ini melalui Pendidikan Keagamaan Kristen yang berkualitas, dimulai dari konferensi ini. BMPTKKI hadir untuk mewadahi kita semua.”tegas Rektor STT Ekumene, Jakarta, ini.

Menteri agama, Lukman Hakim Saifuddin juga hadir memberikan ceramah di acara konferensi ini.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here