Pdt. Weinata Sairin: “Mewujudnyatakan Kerajaan Allah: Panggilan Historis Gereja.

0
774

“Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Roma 14:17)

 

Pada masa kita menempuh pendidikan di Sekolah Rakjat, di zaman baheula, kita mempelajari sejarah berbagai kerajaan di nusantara. Ada kerajaan Tarumanagara, kerajaan Majapahit, kerajaan Sriwijaya, untuk menyebut beberapa nama yang cukup besar di zamannya. Ada banyak kerajaan pada zaman itu, yang kecil-kecil biasanya ditaklukkan oleh yang besar, dengan atau tanpa perang. Raja-raja di zaman itu oleh berbagai latarbelakang banyak yang berhasrat untuk memperluas kerajaannya demi kepentingan politik dan ekonomi. Hasrat ekspanionistik seperti itu yang acap memicu terjadinya peperangan antar kerajaan. Sejarah telah mencatat dengan cukup lengkap berbagai perang yang pernah terjadi antar kerajaan.

 

Dalam rangka memajukan kebudayaan nasional pada awal bulan ini kita membaca berita adanya petemuan Presiden dengan para Raja dan Sultan yang datang dari berbagai wilayah di Indonesia. Kisah para Raja dimasa lampau dengan berbagai dinamikanya memang menyimpan banyak history yang tetap menarik bagi warga bangsa di era digital yang melihat hal itu sebagai bagian dari peradaban manusia Indonesia.

 

Istilah “kerajaan” (Ingg. kingdom,Yun. basilea, Aram, malkuta) cukup menarik digunakan juga dalam Alkitab, antara lain oleh Yesus dan oleh Paulus. Dalam Roma 14 : 7 yang dikutip diatas Paulus menggunakan istilah *kerajaan Allah*. Dalam Doa Bapa Kami Yesus mengajar “Datanglah KerajaanMu”. Dalam pandangan warga Jemaat, istilah “kerajaan Allah” banyak difahami seperti memahami kerajaan Majapahit atau kerajaan Pajajaran, yang mengacu pada *lokasi*, *teritori* yang sewaktu-waktu mesti ‘dilebarkan’ dan atau ‘diluaskan’ dan sebab itu memiliki hasrat ekspanionistik. Di abad pertengahan konon ada teolog yang menyatakan bahwa yang disebut “kerajaan Allah'” itu adalah ‘Jemaat’.

 

Dalam perspektif seperti itu bahwa Kerajaan Allah adalah ‘ekspansionistik’ dan bahwa Kerajaan Allah itu identik dengan ‘Jemaat’ mengapa kita acap mendengar pejabat Gereja mendoakan persembahan Jemaat agar “berguna untuk melebarkan kerajaan Allah”. Dalam pandangan sang pejabat uang perdrmbahan itu nanti akan digunakan untuk memperluas dan atau menambah jumlah anggota Jemaat.

 

“Kerajaan Allah” tidak mengenal teritori, sistem dan struktur tertentu seperti biasanya kerajaan dunia. Seorang teolog menyatakan bahwa “kerajaan Allah adalah bertakhtanya Allah sebagai Raja”. Kerajaan Allah, The Kingdom of God, _basileia tou theou_ adalah _pemerintahan Allah sebagai Raja._ Menurut Alkitab dengan kedatangan Yesus maka Kerajaan Allah sudah dekat (Mat 4:17) bahkan berada “diantara kamu” (Luk. 17:21).

 

Kita bersyukur bahwa kita yang percaya kepada Yesus Kristus adalah warga Kerajaan Allah (lih. Fil 3:20; Ef 2:19). Kita harus mendatangkan, mewujudkan, memberlakukan, mewujudnyatakan Kerajaan Allah. Kita tidak ditugasi untuk *melebarkan* atau *memperluas* Kerajaan Allah! Dalam Jemaat Roma, warga Jemaat yang datang dari latar belakang Yahudi dengan syariat Torat yang ketat masih tetap bicara soal makanan haram dan halal sebagaimana diuraikan dalam Roma 14. Paulus ingatkan warga jemaat agar tidak terkecoh dan berdebat kontra produktif tentang makanan yang haram dan halal.

 

Dalam 1Kor 8 Paulus secara detil berbicara tentang makanan. Dari situ kita catat bahwa makanan dan minuman itu prinsipnya terbuka untuk kita nikmati, takada soal halal-haram. Yang penting kita suka, tidak mengganggu kesehatan dan tidak menjadi batu sandungan bagi orang lain.

 

Penegasan Paulus dalam Roma 14 : 7 amat jelas. Kerajaan Allah tak boleh direduksi menjadi soal makanan-minuman yang amat teknis dan mikro, soal syariat agama yang bicara halal dan haram, Kerajaan Allah adalah soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Ini soal makro, global dan universal. Kita umat Kristen dan Gereja dari denominasi apapun mesti terus berjuang mewujudnyatakan Kerajaan Allah di kekinian sejarah. Tak ada pilihan lain.

 

Selamat merayakan hari Minggu. God bless.

 

*Weinata Sairin*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here