PDT. WEINATA SAIRIN: *DOA KEPADA TUHAN MEMANTAPKAN KEPUTUSAN*

0
531

_”Nune aut numquam. Sekarang atau tidak pernah sama sekali”._

Kehidupan umat manusia senantiasa mewujud dalam ruang dan waktu. Kehidupan itu seperti aliran sungai, yang airnya melintasi satuan waktu yang dikenal oleh manusia, yang gemericik airnya melahirkan nada-nada ceria merangkai simfoni. Kehidupan manusia berlangsung dengan menembus dimensi waktu : kelampauan, kekinian atau kesekarangan, dan keakanan. Hidup manusia selalu berada pada ketiga titik itu, dan pada titik-titik itulah manusia mengekspresikan kediriannya, merajut karya terbaik, berkontribusi secara positif bagi sesamanya dilorong-lorong sejarah.

Manusia diciptakan oleh Allah, Pencipta Alam Semesta secara istimewa berbeda dengan proses penciptaan makhluk lainnya. Sesuai dengan rencanaNya, manusia pada awal sejarah diciptakan oleh Allah dengan tugas khusus yaitu mengelola bumi dengan baik sehingga bermakna bagi kemaslahatan umum.

Hal yang cukup memprihatinkan adalah bahwa manusia disepanjang zaman tidak (pernah) mampu menampilkan dirinya secara utuh dan sempurna dalam kapasitas sebagai khalifah Allah, atau juga sebagai imago dei sesuai dengan amanat yang ia terima dari Sang Pencipta diawal sejarah. Manusia menjadi pelaku perang, pelaku teror, terlibat dalam pembunuhan, _genocide_ dan berbagai sikap barbarisme, vandalisme yang mendegradasi harkat dan martabat umat manusia.

Manusia harus terus menerus berdoa dengan tekun dan iman yang kukuh, agar ia mampu dalam segala keterbatasannya melakukan fungsinya dengan optimal. Berdoa sesuai dengan ajaran agama masing-masing amat perlu dalam kehidupan manusia. Manusia yang percaya kepada Tuhan adalah manusia yang selalu berdoa dan beribadah kepada Tuhan.

Sidney Walker juara tinju kelas berat ringan yang terkenal dulunya adalah seorang anak tukang semir sepatu yang buta huruf sebelum ia menjadi terkenal. Heinz pernah bertanya pada Walker diruang gantinya. “Aku tahu bahwa kau berdoa tiap kali sebelum bertanding”. “Benar !katanya seraya tersenyum lebar tanda setuju. “Aku berdoa agar tidak ada seorangpun yang terluka. Selanjutnya aku berdoa agar aku bisa bertinju dengan baik”.

Setiap orang apapun status, profesi dan kapasitasnya selalu berdoa sesuai dengan tuntunan agamanya. Petinju, petembak, atlet disabilitas, caleg, petahana, direksi, pemulung, pengungsi, korban kekerasan, ya siapapun mesti berdoa dalam kehidupannya.

Hal yang sangat mengesankan dalam hal doa didepan publik dilakukan oleh tokoh agama Islam belum lama ini. Beliau memulainya dengan ungkapan yang amat penting dalam konteks NKRI yang majemuk.

Beliau memulai dengan kata-kata “Saya mengajak Saudara-saudara berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing. Saya mohon izin untuk berdoa secara agama Islam”

Ajakan doa seperti yang diungkap Sang Tokoh bukan hanya mengandung arti adanya sikap _respek_  terhadap agama-agama yang ada tetapi sekaligus juga membangkitkan rasa spiritualitas yang mengaliri kedirian umat beragama. Peneladan cara doa didepan publik seperti yang dilakukan Sang Tokoh akan sangat bagus jika menjadi pola standar dalam pelaksanaan doa di negeri ini.

Manusia berdoa memohon _hikmat_ atau _wisdom_ dari Tuhan agar bisa mengambil keputusan apakah akan oke atau tidak terhadap suatu tawaran. Tanpa doa, tanpa ada hikmat dari Tuhan kita sulit mengambil keputusan untuk ya atau tidak sama sekali. Dengan doa yang diajarkan agama-agama kita lebih mampu mendengar “bisikan” dari Tuhan

Mari makin tekun berdoa bagi Sudara-saudara kita di Palu, Donggala, Sulteng, Lombok yang mengalami derita karena gempa, tsunami, tanah bergerak, bagi bangsa dan negara, bagi Pemerintah dalam menanggulangi berbagai masalah dan bagi kita pribadi agar mampu mengambil keputusan tepat, cepat, akurat.

Selamat berjuang. God bless.

*Weinata Sairin*

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here